Monday, September 24, 2012

Pemikiranku untuk mengurangi kemacetan (bag 1)


Kemacetan merupakan hal yang tidak dapat dielakkan seiring perkembangan jaman serta peningkatan jumlah penduduk. Hampir i semua kota di indonesia ini mengalami kemacetan di jam-jam tertentu, terutama jam berangkat dan pulang kerja atau sekolah.
dalam artikel ini, saya ingin menyampaikan sedikit pemikiran awam saya yang mungkin bisa mengurangi kemacetan yang telah membuat pusing saya dan mungkin anda semua pengguna jalan raya.
Dalam mengatasi kemacetan, sepatutnya mengetahui penyebab kemacetan itu sendiri yang semakin besar kotanya, semakin koleks juga pemicu kemacetan. Namun dalam pembahasan saya kali ini saya akan membahasnya secara simpel saja (maklum pemikiran awammm). Dalam pembahasan ini, saya anggap penyebab kemacetan itu Berdasarkan http://ferli1982.wordpress.com/2012/02/08/mengurai-kemacetan-lalu-lintas-di-ibu-kota/ Jumlah kendaraan di Jakarta sampai tahun 2003 mencapai 6.506.244 unit. Dari jumlah itu 1.464.626 di antaranya merupakan jenis mobil berpenumpang, 449.169 mobil beban (truk), 315.559 bus, dan 3.276.890 sepeda motor. Pertambahan paling fantastis terjadi pada jenis kendaraan sepeda motor yang pertumbuhannya mencapai ratusan ribu kendaraan pada tahun-tahun terakhir ini (tahun 2001 sepeda motor bertambah 333.510 unit, tahun 2002 bertambah 223.896 unit, tahun 2003 bertambah 365.811 unit)
Jumlah kendaraan pribadi yang lebih banyak dibanding kendaraan umum memperparah keruwetan transportasi di Jakarta. Perbandingan jumlah kendaraan pribadi dan kendaraan umum adalah 98% kendaraan pribadi dan 2% kendaraan umum. Padahal jumlah orang yang diangkut 2% kendaraan umum lebih banyak dari pada jumlah orang yang diangkut oleh 98% kendaraan pribadi. Dari total 17 juta orang yang melakukan perjalanan setiap hari, kendaraan pribadi hanya mengangkut sekitar 49,7% penumpang. Sedangkan 2% kendaraan umum harus mengangkut sekitar 50,3% penumpang. Tingginya angka perjalanan di Jakarta membuat ruas-ruas jalan tertentu mendapat beban yang terlampau berat, bahkan di atas normal. Penelitian di 34 titik jalan arteri di Jakarta yang dilakukan Departemen Perhubungan RI pada tahun 2000 menunjukkan ada 32 titik (94%) ruas jalan arteri di Jakarta yang melebihi kapasitas. Artinya, tak ada jalan arteri di Jakarta yang bebas dari macet.

Pada jam sibuk pagi dan sore, lalu lintas di jalan-jalan utama Kota Jakarta hanya bergerak 12 km/jam. Hujan deras akan langsung melumpuhkan urat nadi lalu lintas kota. Dampaknya fantastis: kerugian sosial yang diderita masyarakat lebih dari 17,2 triliun rupiah per tahun akibat pemborosan nilai waktu dan biaya operasi kendaraan (terutama bahan bakar). Belum lagi emisi gas buang diperkirakan sekitar 25.000 ton per tahun. Dampak pada tahap selanjutnya adalah menurunnya produktivitas ekonomi kota (bahkan negara) dan merosotnya kualitas hidup warga kota.
Penelitian yang pernah dilakukan Japan International Corporation Agency (JICA) dan The Institute for Transportaion and Development Policy (ITDP) menunjukkan bahwa jika tidak ada pembenahan sistem transportasi umum, maka lalu lintas Jakarta akan mati pada tahun 2014. Perkiraan kematian lalu lintas Jakarta pada tahun 2014 itu didasarkan pada pertumbuhan kendaraan di Jakarta yang rata-rata per tahun mencapai 11% sedangkan pertumbuhan panjang jalan tak mencapai 1%. Tercatat, setiap hari ada 138 pengajuan STNK baru yang berarti di setiap harinya Jakarta membutuhkan penambahan jalan sepanjang 800 meter.
Kemacetan dapat terjadi karena beberapa alasan:
Arus yang melewati jalan telah melampaui kapasitas jalan
Terjadi kecelakaan lalu-lintas sehingga terjadi gangguan kelancaran karena masyarakat yang menonton kejadian kecelakaan atau karena kendaran yang terlibat kecelakaan belum disingkirkan dari jalur lalu lintas,
Terjadi banjir sehingga kendaraan memperlambat kendaraan
Ada perbaikan jalan,
Bagian jalan tertentu yang longsor,
kemacetan lalu lintas yang disebabkan kepanikan seperti kalau terjadi isyarat sirene tsunami.
Dari Penjelasan diatas, saya simpulkan penggunanya adalah:
1. Pelajar
2. Buruh Pabrik
3. Karyawan kantor
4. Karyawan toko
5. Angkutan barang
6. angkutan umum
7. lain-lain
Dari pengguna kendaraan diatas, saya kelompokkan menjadi 2 yaitu pengguna rutin (angkutan umum dan angkutasn barang) dan pengguna tidak rutin (pelajar, karyawan, buruh pabrik.